PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses internal yang mengubah cara kita berpikir dan berperilaku. Perubahan ini seringkali tidak tampak secara langsung, namun tercermin dalam tindakan kita sehari-hari. Pendidikan tidak hanya sebatas memindahkan informasi, tetapi juga membekali individu dengan kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Dan perubahan perilaku yang terjadi pada siswa sering kali dipengaruhi oleh berbagai teori pembelajaran. Salah satu teori yang memiliki pengaruh signifikan adalah teori belajar behavioristik. Teori ini menempatkan perilaku sebagai pusat perhatian utama dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, teori behavioristik lebih fokus pada aspek-aspek yang dapat diamati secara langsung dari perilaku siswa, baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata.
PEMABAHASAN
Teori belajar behavioristik merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mengkaji hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan) dalam membentuk perilaku. Teori ini tidak hanya mengkaji perilaku yang terlihat secara kasat mata, tetapi juga mencakup proses mental yang mendasari perilaku tersebut. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar teori behavioristik, kita dapat merancang strategi pembelajaran yang efektif untuk memicu perubahan perilaku yang diinginkan pada siswa. Teori belajar behaviorisme menempatkan fokus utama pada aspek-aspek pembelajaran yang dapat diukur dan diamati secara konkret. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu akibat proses belajar menjadi pusat perhatian dalam teori ini. Dengan kata lain, teori behaviorisme lebih menekankan pada hasil akhir yang kasat mata dan dapat diuji secara objektif, seperti peningkatan keterampilan atau perubahan kebiasaan. Meskipun teori behaviorisme lebih dikenal karena fokusnya pada perubahan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini juga memiliki implikasi yang lebih luas. Perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pembelajaran seringkali disertai dengan perubahan dalam pemikiran dan perasaan individu. Dengan demikian, teori behaviorisme tidak hanya berkontribusi dalam membentuk perilaku yang diinginkan, tetapi juga dapat memicu transformasi kognitif dan emosional pada individu. Teori belajar behavioristik telah menjadi landasan bagi berbagai bidang, seperti pendidikan, terapi psikologis, dan pengelolaan perilaku. Konsep-konsep dasar teori ini telah digunakan secara luas untuk merancang strategi pembelajaran dan intervensi perilaku. Dengan kata lain, teori ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam memahami dan mengubah perilaku manusia.
Keberhasilan penerapan teori behavioristik dalam proses belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Tujuan pembelajaran yang jelas menjadi landasan utama, di mana perilaku siswa diharapkan dapat berubah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Materi pelajaran yang relevan dan menarik juga berperan penting dalam merangsang minat dan motivasi belajar siswa. Selain itu, karakteristik unik setiap siswa perlu diperhatikan, sehingga metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka. Selain faktor-faktor tersebut, keberhasilan penerapan teori behavioristik juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran yang inovatif dan bervariasi dapat membuat proses belajar lebih menyenangkan dan efektif. Fasilitas pembelajaran yang memadai, seperti ruang kelas yang nyaman dan dilengkapi dengan peralatan yang dibutuhkan, juga turut berkontribusi pada keberhasilan pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif serta pemberian penguatan yang tepat waktu dan sesuai dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan mencapai hasil yang optimal.
Teori belajar behavioristik memandang proses belajar sebagai transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pengetahuan dianggap sebagai fakta yang sudah pasti dan objektif, sehingga tujuan pembelajaran adalah memastikan siswa menerima dan memahami informasi tersebut secara seragam. Dengan kata lain, guru berperan sebagai pemberi informasi, sementara siswa berperan sebagai penerima yang diharapkan dapat menyerap materi pelajaran persis seperti yang disampaikan.
PENUTUP
Teori belajar behavioristik memandang proses pembelajaran sebagai transfer satu arah, dari guru ke siswa. Pengetahuan dianggap sebagai fakta yang sudah baku dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Guru berperan sebagai penyampai informasi yang sudah jadi, sementara siswa berperan sebagai penerima yang diharapkan dapat menyerap informasi tersebut secara utuh. Dengan kata lain, pembelajaran lebih fokus pada hasil akhir yang dapat diukur, yaitu perubahan perilaku siswa sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru. Implikasi teori ini dalam kelas yang menerapkan teori behavioristik, kita akan sering menemukan kegiatan belajar yang terstruktur dan terarah. Guru akan lebih banyak memberikan instruksi dan contoh, sedangkan siswa akan lebih banyak berlatih untuk menguasai materi yang diberikan. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah ceramah, latihan soal, dan pemberian kuis. Meskipun pendekatan ini memiliki kelebihan dalam memastikan siswa menguasai materi dasar, namun pendekatan ini kurang memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.
SUMBER REFERENSI
Huda, M., Fawaid, A., & Slamet, S. (2023). Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran: Array. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 1(4), 64-72.
Jelita, M., Ramadhan, L., Pratama, A. R., Yusri, F., & Yarni, L. (2023). Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 5(3), 404-411.
Suputra, P. I. M. (2023). Teori belajar behavioristik dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 2(1), 332-336.
Komentar
Posting Komentar